Festival Budaya Unik Indonesia - 10 Festival Budaya Unik Indonesia - Sahabat NusaPedia Pada Kesempatan Kali Ini NusaPedia Ingin berbagi informasi mengenai aneka ragam Festival Budaya Unik Indonesia yang selalu saja menjadi festival budaya yang unik dan selalu rutin di laksanakan karena telah menjadi agenda wisata indonesia
Festival Budaya Unik Indonesia
ini NusaPedia ambil dari berbagai sumber,dengan tujuan menambah khasanah ilmu pengetahuan sahabat NusaPedia mengenai seni dan kebudayaan indonesia yang indah dan beragam.10 festival budaya unik ini NusaPedia Hadirkan dengan tujuan agar Sahabat NusaPedia lebih mencintai budaya dan keragaman seni indonesia menjadi satu kesatuan yang membuat indonesia menjadi negara yang surga wisata dunia
Berikut 10 Festival Budaya Unik Indonesia Versi NusaPedia Yang Kami Rangkum Untuk Anda
10.Hombo Batu - Nias
Tradisi Hombo Batu Atau Yang Lebih di kenal dengan Tradisi Loncat Batu Merupakan Peninggalan Budaya Megalit Nusantara.Hombo Batu merupakan tradisi dari daerah Kabupaten Nias Selatan (Teluk Dalam), yaitu salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di pulau Nias.
Tradisi Lompat Batu atau Hombo Batu yang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat setempat Nias dan meloncati susunan batu yang disusun setinggi lebih dari 2 (dua) meter.Berdasarkan cerita rakyat setempat, ajang tersebut diciptakan sebagai uji fisik dan mental bagi para remaja pria di Nias menjelang usia dewasa.
Setiap laki-laki dewasa yang ikut perang wajib lulus ritual lompat batu. Batu yang harus dilompati adalah berupa bangunan mirip tugu piramida dengan permukaan bagian atas datar. Tingginya kurang lebih 2 m (dua meter) dengan lebar 90 cm dan panjang 60 cm. Para pelompat tidak hanya sekedar harus melintasi tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki tekhnik seperti saat mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang.
Selain sebagai penguji fisik dan mental bagi pemuda yang berhak mengikuti perang, Tradisi Fahombo ini juga dinilai sebagai syarat bagi mereka yang siap menikah, karena bagi mereka yang tidak berhasil melompati batu tersebut dianggap belum pantas untuk meminang seorang gadis. Begitu terkenalnya tradisi lompat batu ini membuat tradisi ini pernah diabadikan pada pecahan uang seribu rupiah pada awal tahun 1990-an dengan gambar seorang pria Nias yang sedang melompati tugu batu.
9.Festival Karapan Sapi - Madura
Bagi masyarakat Madura, karapan sapi bukan sekadar sebuah pesta rakyat yang perayaannya digelar setiap tahun. Karapan sapi juga bukan hanya sebuah tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi adalah sebuah prestise kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat.
Sejarah asal mula Kerapan Sapi tidak ada yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun diketahui bahwa Kerapan Sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13. Awalnya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah.
Berangkat dari ketekunan bgimna cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur. Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.
Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan “Kerapan Sapi”.
Bagi masyarakat Madura, Kerapan Sapi selain sebagai tradisi juga sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).
8.Festival Pacu Jawi, Balap Sapi dari Tanah Minang
Pacu Jawi (Bahasa Minang) atau Pacu Sapi merupakan salah satu event budaya dari Sumatera Barat. Kegiatan ini biasanya dilakukan hanya untuk mengisi waktu setelah masa panen datang atau kadang diadakan 3 kali setahun sebelum musim tanam. Di Kabupaten Tanah Datar, ada empat kecamatan yang mempertahankan tradisi Pacu Jawi ini, yaitu: Sungai Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan.
Bicara mengenai pacu jawi tidak lepas dari atraksi Karapan Sapi di Madura. Kedua atraksi ini memang mirip namun ada beberapa hal yang membedakan antara Pacu Jawi dengan Karapan Sapi. Salah satunya adalah tempat berlangsungnya kedua atraksi ini. Jika Karapan Sapi dilaksanakan di tanah kering, maka Pacu Jawi ini dilaksanakan di tanah berlumpur bekas sawah yang telah dipanen penduduk setempat. Berbeda dengan Karapan Sapi, Pacu Jawi tidak menggunakan tongkat pendek berujung paku untuk mempercepat lari sapi di litasan.
Pacu Jawi murni hiburan bagi para petani usai masa panen dan hal inilah yang membuat pacu jawi menarik, meriah, dan berbeda. Dilombakan bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan tetapi hanya dilepas satu persatu. Seorang joki mengendarai sepasang jawi diapit pembajak sawah sambil memegang tali dan menggigit ekor kedua sapinya. Yang menjadi pemenang adalah pasangan jawi yang berlari paling lurus tanpa berbelok hingga ke garis akhir. Ada joki yang dapat menunggang sapi berlari cepat atau sebaliknya ada juga si jawi (sapi) yang tidak mau berlari bahkan pergi meninggalkan sang joki.
Jokinya akan dibekali alat bajak pacu yang terbuat dari bambu sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dimulai. Alat tersebut merupakan salah satu peralatan yang digunakan petani untuk membajak sawah.
Pacu Jawi kini menjadi salah satu ciri khas dari Sumatera Barat tersebar di wilayah Tanah Datar dan Lima Puluh Kota. Atraksi ini menarik animo wisatawan dalam dan luar negeri untuk datang menikmati unik dan meriahnya Pacu Jawi yang penuh dengan aura ‘kejantanan’ ini. Ketika pertunjukan dimulai maka Anda akan melihat sang joki menggigit ekor sapi. Semakin keras joki menggigit ekor sapi maka semakin cepat sapi itu berlari.
7.Festival Lembah Baliem - Papua
Inilah festival luar biasa dan telah menjadi daya tarik pengunjung di Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk Anda nikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif yaitu Yogotak Hubuluk Motog Hanoro yang berarti Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini.
Suku-suku di suku Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa "perang suku Dani" lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh. Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
6.Pacuan Kuda Tradisional - Aceh Gayo
Pacuan Tradisional Gayo didelenggarakan 2 (dua) kali setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tengah yaitu bulan Pebruari memperingati HUT Kota Takengon dan bulan September memperingati HUT RI. Beberapa tahun belakangan ini di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sudah ada pemekaran kabupaten yaitu Pemkab. Bener Meriah dan Pemkab Gayo Lues, mereka juga menyelenggarakan lomba Pacuan Kuda Tradisional Gayo 1 (satu) tahun sekali dan kuda-kuda dari 3 (tiga) kabupaten inilah yang selalu ikut dalam acara ini.
Pacuan kuda di Takengon ini sudah sejak jaman kolonial belanda diselenggarakan tapi setelah panen hasil pertanian menurut sejarahnya dan anehnya joki nya disebut joki cilik umumnya masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama dan saat menunggang kuda tersebut tanpa dikenakan pelana dan kuda-kuda ini adalah hasil persilangan kuda Australia dan kuda gayo yang kecil-kecil yaitu bantuan dari pemerintah setempat, sekarang kuda-kuda gayo tersebut sudah mulai tinggi-tinggi. Takengon terkenal dengan hasil pertaniannya yaitu kopi gayo yang di export ke luar negeri malalui pelabuhan belawan medan dan kota Takengon dikelilingi bukit-bukit yang suasananya sejuk yang lebih indah lagi dengan adanya pemandangan danaunya yaitu Danau Lut Tawar.
Acara ini juga untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Aceh Tengah. Ketua panitia pelaksanaan pacuan kuda, Yurmiza Putra, mengatakan Aceh Tengah selaku tuan rumah mengikutsertakan 179 kuda pacu. Kabupaten Bener Meriah mengikutsertakan sebanyak 86 ekor dan Gayo Lues sebanyak 45 ekor.
Kuda-kuda tersebut dibagi ke dalam lima kelas berbeda dengan klasifikasi kuda tua dan kuda muda. Kompetisi berlangsung selama tujuh hari. Kuda yang diikutkan dalam lomba adalah milik warga setempat. Kuda akan dipacu oleh joki cilik tanpa pengaman.
Kuda-kuda tersebut dibagi ke dalam lima kelas berbeda dengan klasifikasi kuda tua dan kuda muda. Kompetisi berlangsung selama tujuh hari. Kuda yang diikutkan dalam lomba adalah milik warga setempat. Kuda akan dipacu oleh joki cilik tanpa pengaman.
5.Festival Bakar Tongkang - Bagan Siapi-api
Festival Bakar Tongkang - Festival Bakar Tongkang Bagansiapiapi ada festival Go Cap Lak (kalendar imlek tanggal 16 bulan 5 yg jatuh di 8 juni setiap tahunnya). Acara ini merupakan acara tahunan dan menjadi acara pariwisata terbesar riau saat ini.
Festival Bakar Tongkang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa dalam memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke tanah Bagansiapiapi tahun 1820. Pembakaran tongkang menandakan tekad mereka untuk tidak kembali ke tanah leluhur dan mengembangkan diri di Bagansiapiapi.Festival Bakar Tongkang merupakan acara tahunan terbesar di Riau. Festival ini dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Riau untuk memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke tanah Bagansiapiapi tahun 1820.
Pembakaran tongkang menandakan tekad mereka untuk tidak kembali ke tanah leluhur dan mengembangkan diri di Bagansiapiapi. Ritual ini telah diselenggarakan di Kota Ikan (Bagansiapiapi) sejak tahun 1878, atau sudah berlangsung sejak 134 tahun silam.
Sedianya Upacara Bakar Tongkang akan diadakan tanggal 3-5 Juni atau pertengahan bulan juni di Bagan Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Acara ditandai dengan sembahyang di kelenteng Ing Hok Kiong yang merupakan kelenteng tertua di sana dan dilanjutkan dengan arak-arakan ke tempat pembakaran pada hari berikutnya. Arak-arakan biasanya disertai puluhan ribu warga yang memegang hio, puluhan medium, dan marching band dari perwakilan sekolah-sekolah di Bagansiapiapi.
4.Festival Teluk Jailolo - Maluku Utara
Gilolo atau yang disebut Jailolo adalah nama pulau di Provinsi Maluku Utara. Jailolo atau Gilolo adalah nama lain yang diberikan penduduk setempat untuk Pulau Halmahera di Provinsi Maluku Utara. Di sini digelar Festival Teluk Jailolo yang merupakan festival tahunan dan didukung komunitas budaya, pemerintah daerah, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.
Festival ini berulang kali meraih kesuksesan dimana semua komunitas budaya di Pulau Jailolo dan sekitarnya ikut berpartisipasi. Beragam tradisi unik hadir dalam festival ini termasuk teater dengan konsep panggung di atas laut dan menjadi ciri khas festival. Festival ini melibatkan ratusan penduduk Halmahera Barat yang terdiri dari anak-anak sekolah, nelayan, dan petani.
Festival ini menghadirkan teater “Cabaret On The Sea” yaitu kabaret yang mengkolaborasikan cerita sarat filosofi dengan harmonisasi musikal menawan serta panggung besar yang mengapung di atas lautan. Konsep teater di atas laut ini belum pernah ada sebelumnya di Indonesia bahkan dunia. Acaranya selalu dimeriahkan deretan kegiatan bahari seperti lomba dayung, renang, memancing, menjaring sampah, dan pemilihan duta bahari.
Festival Teluk Jailolo adalah salah satu contoh perayaan budaya yang menakjubkan. Pengunjung yang hadir akan disuguhi beragam pagelaran menarik seperti: Cakalele, Soya-soya, Legu Sarai, musik Yanger, Tataruba, Sara Dabi-dabi, Horum Sasadu, serta acara kuliner kolosal yang mengundang semua pengunjung untuk makan bersama.
Festival Teluk Jailolo berhiaskan langit biru yang membentang, gugusan tebing megah, hamparan laut jernih, serta pasir hitam lembut.
Festival Jailolo biasanya dimulai dengan upacara pembukaan di Teluk Jailolo yang diikuti kompetisi olahraga pada hari berikutnya. Kegiatan memancing merupakan sebuah tradisi di mana semua orang diundang untuk bergabung bersama. Beberapa diskusi penting mengenai budaya dan kontes pemilihan duta bahari juga merupakan bagian dari agenda festival ini.
Pulau Halmahera merupakan pulau yang indah seluas 17.000 km². Lautnya yang menawan terus menginspirasi festival ini setiap tahunnya. Penduduk Muslim dan Kristen bersama-sama berpartisipasi setiap tahun dalam perayaan penuh keharmonisan.
Anda dapat menuju Teluk Jailolo dengan perjalanan selama 3 jam penerbangan dari Jakarta menuju Ternate. Alternatif lain dengan penerbangan melalui Makassar atau Manado menuju Ternate. Dari Pelabuhan Dufa Dufa di Kota Ternate, Anda lanjutkan perjalanan melalui jalur laut dengan menggunakan speed boat selama 40 menit.
3.Rambu Solo - Tanah Toraja
Rambu Solo Merupakan upacara Adat yang Unik.Tiap daerah punya tradisi masing-masing untuk menghormati kematian. Jika di Bali kita kenal dengan istilah Ngaben, di Sumatera Utara, Sarimatua, maka di Tana Toraja dikenal dengan upacara Rambu Solo’. Persamaan dari ketiganya: ritual upacara kematian dan penguburan jenazah.
Di Tana Toraja sendiri memiliki dua upacara adat besar yaitu Rambu Solo’ dan Rambu Tuka. Rambu Solo’ merupakan upacara penguburan, sedangkan Rambu Tuka, adalah upacara adat selamatan rumah adat yang baru, atau yang baru saja selesai direnovasi.
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan anisme politeistik yang disebut aluk, atau “jalan” (kadang diterjemahkan sebagai “hukum”). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta.Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah.
Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Orang Toraja percaya bahwa setelah meniggal, arwah seseorang akan menempuh perjalanan ke PUYA. Puya ini sendiri adalah nama sebuah kampung di wilayah selatan tana toraja. Di sanalah dunia dimana para arwah berada, yang kemudian pada suatu waktu nanti akan mengalami transformasi kembali menjadi setingkat dewa yang berdiam di langit, tempat manusia dibentuk untuk pertama kalinya. Toraja menyebutnya to mebali puang.
Karena seseorang yang meninggal baru akan dianggap benar-benar telah meninggal setelah keseluruhan prosesi dalam upacara ini digenapi. Sebelum digenapi prosesinya, orang yang meninggal hanya dianggap sedang "sakit" atau "lemah", sehingga jasadnya tetap dibaringkan di tempat tidurnya serta kepadanya selalu duhidangkan makanan & minuman, sirih pinang atau rokok, bahkan tetap diajak berdialong sekalipun sudah tentu tidak akan memberikan suara. Mereka Yang Sudah mati tetap diperlakukan seperti orang yang belum mati.
Tradisi Pasola adalah permainan perang-perangan tradisional yang disebut Pasola. Tradisi Pasola adalah permainan perang dua kelompok ‘pasukan‘ berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Secara etimologis, Pasola berasal dari kata ‘sola‘ atau ‘hola‘ yang bermakna tombak kayu atau lembing. Setelah mendapat imbuhan ‘pa‘ menjadi ‘pasola‘ atau ‘pahola‘, maka artinya menjadi permainan ketangkasan menggunakan lembing.
Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik jelita bernama Rabu Kaba. Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Dua saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. ketiga bersaudara ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut.
Namun, ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung pulang. Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil menemukannya. Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal.
Perselisihan pun tak dapat dielakkan. Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla. Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan. Usai pernikahan tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda.
Pelaksanaan Tradisi Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan Marapu (agama lokal masyarakat Sumba). dalam kepercayaan Marapu, elemen terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Jadi Bagaimana Sahabat NusaPedia Apakah Artikel Mengenai, 10 Festival Budaya Unik Indonesia , 10 Aneka Kopi Terbaik Nusantara 10 Tempat Misterius Di Indonesia, 10 Tempat Menyelam Terbaik Di Indonesia 10 Gunung Tertinggi Di Indonesia , 10 Tempat Wisata Indonesia Mirip Di Luar Negeri 10 Sungai Terpanjang Di Indonesia , 10 Museum Tertua Di Indonesia , 10 Danau Terdalam Di Indonesia ,10 Bangunan Paling Bersejarah di Indonesia ,10 Lokasi Wisata Terseram Di Indonesia dan 10 Kuliner Extreme Yang Ada Di Indonesia Sudah Menambah Khasanah Anda Mengenai Keindahan Sejarah Dan Bangunan-bangunan Di Indonesia.Mari Kita Dukung Indonesia Sebagai destinasi Wisata Dunia
2.Tradisi Pasola - Sumba Timur
Tradisi Pasola adalah permainan perang-perangan tradisional yang disebut Pasola. Tradisi Pasola adalah permainan perang dua kelompok ‘pasukan‘ berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Secara etimologis, Pasola berasal dari kata ‘sola‘ atau ‘hola‘ yang bermakna tombak kayu atau lembing. Setelah mendapat imbuhan ‘pa‘ menjadi ‘pasola‘ atau ‘pahola‘, maka artinya menjadi permainan ketangkasan menggunakan lembing.
Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik jelita bernama Rabu Kaba. Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Dua saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. ketiga bersaudara ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut.
Namun, ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung pulang. Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil menemukannya. Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal.
Singkat cerita, janda cantik istri mendiang Umbu Dulla kemudian menjalin kasih dengan Teda Gaiparona, seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi. Tetapi, karena peraturan adat tidak menghendaki percintaan mereka, sepasang kekasih ini kemudian melakukan kawin lari. Janda cantik itu pun diboyong oleh Teda Gaiparona ke Kampung Kodi. Tak berapa lama setelah peristiwa kawin lari tersebut, tiga bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri, dan Umbu Dula pulang kembali ke Kampung Waiwuang, dan mendapati berita bahwa Rabu Kaba telah dibawa lari oleh Teda Gaiparona.
Perselisihan pun tak dapat dielakkan. Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla. Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan. Usai pernikahan tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda.
Pelaksanaan Tradisi Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan Marapu (agama lokal masyarakat Sumba). dalam kepercayaan Marapu, elemen terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Waktu penyelenggaraan Tradisi Pasola sangat bergantung pada hitungan para tetua adat (Rato) yang menafsirkan berbagai tanda-tanda alam, termasuk peredaran bulan. Perhitungan para Rato ini konon tidak pernah meleset. Buktinya, setiap hari pelaksanaan Pasola, di tepi pantai biasanya terdapat banyak nyale (cacing laut) sebagai tanda dimulainya permainan Pasola. Dalam kalender Masehi, Pasola diadakan antara bulan Februari hingga Maret di beberapa tempat di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
1.Festival Danau Toba - Sumatera Utara
Dalam festival di danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara ini, sejumlah kegiatan seni, budaya, dan olahraga tradisional, lomba produk kuliner, dan lainnya akan digelar. Dalam bidang seni misalnya, akan ada lomba tari tortor, menyanyi vocal grup dan solo, cipta lagu, cipta musik gondang tradisional, drama (sendratasik), mengukir, memahat, dan menenun ulos.
Di bidang budaya akan ada kompetisi bercerita, marumpasa, maminta godang, martumba, uning-uningan, senandung (mangandung), pajangan ulos (mencari ulos original/kuno), pakaian tradisional (fashion show ulos), dan lainnya.
Selain itu, akan digelar juga olah raga tradisional margala (petak umpet), marjalekat (engrang), mangukor/marhonong (menyelam), marlange (berenang jarak jauh), volly pantai, solu bolon (sampan besar yang mengelilingi Danau Toba), solu parsada-sadaan, solu parduaduaan, dan dragon boat.
Pada saat yang sama, hotel, homestay dan desa akan terus sibuk membersihkan lingkungan hotel dan desa-desa sekitar. Aksi menanam pohon juga menjadi salah satu agendanya. Bahkan, akan ada kompetisi pemilihan desa wisata. Tak ketinggalan ada pula pemilihan Putri Danau Toba dan duta wisata Samosir. Selama berlangsungnya event, penampilan artis-artis terkenal akan turut memeriahkan suasana dan menjadi hiburan bagi pengunjung.
Festival Danau Toba (FDT) sudah digelar sejak tahun 80-an dan mengundang perhatian wisatawan lokal bahkan kini diarahkan untuk menarik wisatawan internasional. Oleh karena itu, event yang biasanya berlangsung pada Juni, kini dijadwalkan pada September dengan mempertimbangkan kalender internasional.
Terletak di jantung Sumatera Utara, Danau Toba merupakan wisata alam yang menyuguhkan panorama alam mengesankan. Danau terbesar kedua di dunia dengan luas 1.145 kilometer persegi ini menjadi ikon bagi Provinsi Danau Toba dan menjadi saksi serta menyokong peradaban masyarakat sekitar. Pulau Samosir yang terletak di tengah-tengah Danau Toba diyakini sebagai tempat kelahiran semua suku Batak yang sekarang tersebar di Sumatera UtaraJadi Bagaimana Sahabat NusaPedia Apakah Artikel Mengenai, 10 Festival Budaya Unik Indonesia , 10 Aneka Kopi Terbaik Nusantara 10 Tempat Misterius Di Indonesia, 10 Tempat Menyelam Terbaik Di Indonesia 10 Gunung Tertinggi Di Indonesia , 10 Tempat Wisata Indonesia Mirip Di Luar Negeri 10 Sungai Terpanjang Di Indonesia , 10 Museum Tertua Di Indonesia , 10 Danau Terdalam Di Indonesia ,10 Bangunan Paling Bersejarah di Indonesia ,10 Lokasi Wisata Terseram Di Indonesia dan 10 Kuliner Extreme Yang Ada Di Indonesia Sudah Menambah Khasanah Anda Mengenai Keindahan Sejarah Dan Bangunan-bangunan Di Indonesia.Mari Kita Dukung Indonesia Sebagai destinasi Wisata Dunia