BREAKING NEWS

Menu

Gunung Pusuk Buhit : Menyusuri Rekam Jejak Peradaban Si Raja Batak


Gunung Pusuk Buhit - Pusuk Buhit - Sumatera Utara Banyak Menyimpan Wisata Religi Dan Wisata kebudayaan Yang Termaksur Hingga Ke Mancanegara,Mulai Dari Keindahan Alamnya,Sejarah dan Peninggalan sejarah menjadi Bukti Bahwa Sumatera Utara Layak Dijadikan Destinasi Wisata Terbaik Di Indonesia.Pada Kesempatan Ini TravelEsia Akan Memperkenalkan Salah Satu Kearifan Alam dan Budaya Yang Terdapat Di Sumatera Utara.

Gunung Pusuk Buhit

adalah sebuah gunung tinggi sisa dari letusan Gunung Toba Purba yang maha dahsyat. Letusan gunung ini tercatat sebagai yang paling besar sepanjang sejarah dunia. Tercatat sedikitnya 4 kali Gunung Toba Purba meletus untuk kapasitas yang cukup besar.

Masing-masing terjadi pada 800.000, 300.000, 75.000 dan 45.000 tahun lalu. Tiap kali ia meletus, memunculkan kaldera-kaldera baru. Letusan pertama menciptakan kaldera di wilayah selatan yakni Kaldera Porsea-Balige. Letusan kedua melahirkan kaldera di utara, yakni Kaldera Haranggaol. Letusan ketiga menimbulkan Kaldera Sibandang dengan Pulau Samosir. Letusan terakhir memunculkan Kaldera Bakkara dengan Pulau Simamora sebagai lubang magmanya.

Umumnya orang Batak percaya kalau Siraja Batak diturunkan langsung di Gunung Pusuk Buhit, sebuah bekas gunung vulkanis dekat Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir). Siraja Batak kemudian membangun perkampungan di salah satu lembah gunung tersebut dengan nama Sianjur Mula-mula Sianjur Mula Tompa yang masih dapat dikunjungi sampai saat ini sebagai model perkampungan pertama. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Gunung Pusuk Buhit ,. di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Ada dua arah jalan daratan menuju Gunung Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi dari dataran tinggi Tele.

Tidak heran jika masyarakat Batak menaruh hormat pada tokoh ini.Sungguh suatu pengalaman yang berharga mendengar, melihat dan sudah pernah menginjakkan kaki di Dolon Na Timbo Gunung Pusuk Buhit tentang sejarah Raja Batak bermula di puncak Gunung Pusuk Buhit.

si Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13) Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yg berkedudukan di Barus

Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur siRaja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah kemungkinan yg dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang.siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba,Simalungun,Tanah Karo,Dairi sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya di daerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.

Mengapa Saya Harus Kesana ?

Daya mistis Gunung Pusuk Buhit, gunung keramat di Kabupaten Samosir dengan ketinggian kira-kira 1.900 meter di atas permukaan laut, telah melegenda ke seantero dunia. Konon di kaki gunung inilah, tepatnya di Parik Sabungan, Desa Sariman Rihit, Kecamatan Sianjur Mulamula, orang Batak pertama berkampung dan berketurunan.

Penganut agama-agama mutakhir, khususnya agama langit seperti Kristen dan Islam, mungkin akan sangat sulit menerima keberadaan Mulajadi Nabolon dan "nabi"-Nya di Tanah Batak, Raja Uti. Namun, sebaliknya, pemeluk agama bumi seperti Hindu, Taoisme, Zoroasterisme, dan Parmalim tampaknya akan lebih mudah "mengamininya", karena religi-religi tersebut lebih terbuka menakrifkan sosok Sang Khalik.

Menyebut Samosir maka tidak bisa lepas dari Gunung Gunung Pusuk Buhit. Bagaimana tidak, Gunung Gunung Pusuk Buhit yang terletak dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Samosir itu dipercayai memiliki nilai sakral bagi penduduk setempat. Gunung ini memiliki ketinggian berkisar 1.800 di atas permukaan laut (dpl) dan merupakan Gunung Pusuk Buhit dipercaya sebagai kawasan sakral budaya Batak. Hal ini tidak sekadar legenda, namun Si Raja Batak telah menjadi nenek moyang seluruh orang Batak yang tergambar dalam Tarombo Batak (silsilah Batak yang hingga kini menjadi pegangan urut-urutan keturunan Si Raja Batak hingga generasi saat ini).

Tata urutan ini menjadi pedoman dalam tata upacara adat dan budaya masyarakat Batak di manapun berada. Umumnya, orang Batak percaya jika Si Raja Batak diturunkan langsung di Gunung Gunung Pusuk Buhit dan kemudian membangun perkampungan pertama “Sianjur Mula-mula, Sianjur Mula Tompa”.
Letak perkampungan tersebut berada di garis lingkar Pusuk Buhit, di lembah Sagala dan Limbong Mulana.

Ketika memasuki daerah Limbong, kita dapat singgah sejenak di Objek Wisata Aek Sipitu Dai (Sumur Tujuh Rasa) yang terletak di Desa Aek Sipitu Dai Kecamatan Sianjur Mula-mula.Uniknya, air ini memiliki rasa yang berbeda-beda dan memiliki sebutan tersendiri.

Mata air yang pertama disebut Aek Poso (air bayi), Mata air kedua disebut Aek Ni Naho (wanita uzur/mandul), mata air yang ketiga, Aek Boru Na Gabe (wanita subur), Mata air keempat, Aek Sibaso (dukun beranak/tabib wanita), mata air kelima, Aek Pangulu (laki-laki yang sudah tua), mata air keenam, Aek Doli (pemuda). Dan, mata air yang ketujuh adalah Aek Hela (menantu laki-laki).

Batu Hobon, Batu yang Tak dapat Dipecahkan

Puas menikmati air di Aek Sipitu Dai, perjalanan dapat kita lanjutkan menuju Batu Hobon. Batu ini merupakan peninggalan Si Raja Batak dan konon merupakan lokasi penyimpanan harta Si Raja Batak.
Di seberang Batu Hobon, atau tepatnya di lereng Gunung Pusuk Buhit, terdapat Sopo (rumah) Guru Tatea Bulan, serta perkampungan Si Raja Batak. Bentuk rumahnya memiliki desain dengan ciri yang unik, khas rumah Batak. Bila kita hendak masuk ke dalam, kita diwajibkan untuk melepas alas kaki.
Sementara dari perbukitan yang lebih tinggi, terdapat perkampungan Si Raja Batak “Sigulanti”.

Di perkampungan tersebut terdapat  cagar budaya berupa miniatur Rumah Si Raja Batak. Rumah semi tradisional Batak. Rumah ini merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dan tanpa paku yang dilengkapi atap dan tangga. Lokasi perkampungan tersebut kira-kira 500 meter dari jalan raya (Batu Hobon). Dan, untuk pembangunan Geopark Toba, lokasi ini dipilih sebagai etalase (pusat informasi).
Selesai melihat-lihat perkampungan Si Raja Batak, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menuruni lereng Gunung Pusuk Buhit menuju Desa Sianjur Mula-Mula. Di sepanjang jalan, mata akan dimanjakan dengan keindahan alam yang luar biasa seperti hijaunya hamparan sawah serta bukit barisan dan birunya air Danau Toba.

Berendam Air Panas di Aek Rangat

Dari Desa Sianjur Mula-Mula, perjalanan dapat dilanjutkan menuju Aek Rangat. Di tengah perjalanan akan terlihat dengan jelas Pulau Tulas yang berada di antara bukit barisan dan Pulau Samosir. Sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni yang hanya ditumbuhi pohon dan semak belukar.

Aek Rangat berada di kaki Gunung Pusuk Buhit, Kelurahan Siogung-Ogung Kecamatan Pangururan. Di Aek Rangat ini kita dapat memanjakan diri dengan berendam air panas. Aek Rangat merupakan air belerang yang konon menurut cerita mampu menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis, kurap. Sumber air panas ini juga mampu digunakan memasak telur tanpa bantuan api. Caranya hanya dengan mencelupkan ke dalam air belerang tersebut. Nah..!! Putuskan sekarang untuk segera mengunjungi alam indah penuh sejarah Kabupaten Samosir. (*)

Masing-masing rupa dan penyebutan itu didasarkan atas fungsi dan ketokohannya di dalam spirtualitas masyarakat Batak.

Air Pancur 7 Rasa 7 Nama

Desa Aek Sipitu Dai,  Limbong, yang berada di kaki Pusuk Buhit menjadi begitu terkenal karena di sini terdapat sumber mata air yang cukup unik. Mata air berupa 7 pancuran ini, berasal dari resapan air di kaki Pusuk Buhit yang tersaring oleh sebatang Hariara (beringin). 

Meski bersumber dari satu mata air, namun ia memiliki 7 rasa, yang keluar dengan deras dari 7 pancuran itu.  Ke-7 rasa itu yakni, masam, pekat, asin, tawar, kelat, kesat, pahit. Tidak hanya rasanya saja. Masing-masing pancur juga memiliki nama yang mempunyai pengertian tertentu. Ke- 7 nama itu ialah;  Pansuran ni dakdanak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya. Pancuran ni sibaso yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang tidak melahirkan lagi. Pansuran ni ina-ina yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat melahirkan. Pansur ni namarbaju yaitu tempat mandi gadis-gadis. Pansur ni pangulu yaitu tempat mandi para raja-raja. Pansur ni doli yaitu tempat mandi para lelaki. Pansur Hela yaitu tempat mandi para menantu laki-laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong.

7 Batu Sakral

Di Pusuk Buhit juga setidaknya terdapat 7 batu yang disakralkan. Pensakralan itu sebenarnya bukan terletak pada batu-batu itu, namun kisah yang ada di baliknya. Ke-7 batu tersebut, masih berkaitan dengan kisah-kisah Raja Uti, yang teramat disakralkan itu.

Ketujuh batu itu antara lain;

Batu Cawan.

Batu ini berbentuk cawan yang diameternya kira-kira 4 meter. Batu ini berada di salah satu sisi Pusuk Buhit. Batu ini berisi air yang tercurah dari atasnya. Bentuknya mirip telaga.

Uniknya rasa air di batu itu, sangat masam, seperti perasan jeruk purut. Permukaannya air pun berminyak dan berwarna kuning kehijauan.

Konon batu cawan adalah tempat mandi Raja Uti. Batu ini termasuk yang paling disakralkan di antaranya situs batu lainnya di Pusuk Buhit.

Batu Losung

Batu ini diciptakan oleh Raja Tatea Bulan, bapak Raja Uti. Batu Losung adalah tempat menumbuk padi yang sehari-harinya dikerjakan oleh Boru Sipasu Bolon, istri Oppung Raja Tatea Bulan, untuk makanan Raja Uti.

Batu Ini Termasuk batu yang di keramatkan dalam suku batak.Masyarakat Suku Batak kerap mengunjungi lokasi ini untuk melihat dan mengenal lebih jauh asal muasal si raja batak.Tidak hanya masyarakat lokal,turis mancanegara kerap melakukan kunjungan ke daerah ini

Batu Sondi.

Disebut juga Liang Raja Uti.  Di sinilah tempat Raja Uti menatap karena tubuhnya tidak memiliki kaki, dan tangan. Konon sewaktu Raja Uti lahir, bentuknya sekedar gumpalan daging. Tetapi kemudian disempurnakan berkat doa dan meditasi yang ia lakukan selama bertahun-tahun.Ini Hanya Sepenggal Sejarah bangsa batak yang menyimpan keunikan dan keragaman marga yang berbeda namun memiliki ikatan dalihan natolu yang menggambarkan persamaan dan persaudaraan masyarakat batak.Ini yang menjadikan bangsa batak Begitu kuat dalam peradatan,bila masyarakat batak bertemu,hanya butuh 5 menit untuk saling "bertutur" dan Saling Mengenal

Batu Lobang di Tala-tala

Adalah  sebuah batu berlubang yang merupakan tempat Si Raja Uti menghabiskan sebagian waktunya untuk berdoa memohon kesempurnaan dari Sang Pencipta. Batu itu terletak di salah satu sudut di kawasan Tala-tala. Tala-tala sendiri adalah sebuah tempat terbuka, kira-kira 600 meter sebelum puncak. Sebuah areal luas, yang ditumbuhi  perdu-perduan. Dulunya tempat ini tergenang oleh air, sehingga menyerupai danau. Ada juga menyebut Tala-tala merupakan salah satu kawah tertua sisa letusan Gunung Pusuk Buhit (Gunung Toba Purba). Tekstur tanahnya longgar sehingga ambruk. Sering terdengar ada pendaki maupun ternak yang hilang di situ, mungkin karena terjerumus ke dalam tanah.

Batu Partonggoan

Tempat khusus meditasi Raja Uti dan berdoa kepada Mulajadi Nabolon (Pencipta). Tempat ini sangat dihormati oleh masyarakat Batak, sehingga jarang sekali dikunjungi.

Batu Hobon

Adalah sebuah batu lubang yang tertutup, berbentuk peti. Lokasinya berada di kaki Gunung Pusuk Buhit. Konon di batu inilah pusaka-pusaka Si Raja Batak berada. Pusaka ini tidak diturunkan kepada anak-anaknya, karena adanya perselisihan di antara mereka. 

Beberapa tahun terakhir, komunitas marga tertentu rutin menggelar pesta budaya-spiritual di tempat ini. Tujuannya agar batu ini terbuka. Diyakini, batu ini akan terbuka jika seluruh masyarakat Batak yang mewakili marga-marga dari seluruh dunia berkumpul dan menggelar pesta di batu ini, selama 7 kali berturut-turut, setidaknya setiap tahunnya.

Batu  Parhusipan

Adalah sepasang batu kembar di dekat Batu Hobon. Konon sepasang batu ini memiliki kisah yang menyakut cerita Si Boru Pareme, adik perempuan yang paling dikasihi Raja Uti. 

Tidak Hanya itu,7 Lapis Bukit 7 Jam Perjalanan
Untuk sampai ke puncak Pusuk Buhit, khususnya jika melalui jalur dari desa Limbong, kita akan melewati 7 bukit.

Gunung Pusuk Buhit memang terdiri atas berlapis-lapis bukit.  Melewati bukit satu persatu, adakalanya semakin menjauhkan kita dari puncak yang sebenarnya. Hal ini disebabkan luasnya diameter gunung ini, serta rute pendakian yang melingkar, sehingga di satu titik kita menjauh dari puncak.

Seringkali para pendaki putus asa karena merasa telah mencapai puncak. Padahal puncak yang sebenarnya justru masih sangat jauh. Tidak heran, jika banyak pula kelompok pendaki yang tersesat baik dikarenakan kabut yang turun mendadak maupun keletihan. Para pendaki amatir, biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 7 jam untuk sampai ke puncak.

7 Rupa Raja Uti

Dalam kosmologi Batak (Toba) Raja Uti, yakni cucu dari Si Raja Batak, mendapat tempat terpenting dalam spiritual orang Batak. Ia merupakan pengantara manusia dengan Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta).

Raja Uti dianggap sebagai peletak dasar hukum dan aturan masyarakat Batak. Ia dikenal sakti dan hidup abadi. Raja Uti menjadi pusat spiritual bagi masyarakat Batak.

Konon Sisangamangaraja I-XII memperoleh kesaktian itu dari beliau.

Bagaimana Cara Saya Kesana ?

Gunung ini tidak terlihat jelas dari Tomok atau Ambarita karena terhalang oleh perbukitan Pulau Samosir. Namun dari sisi barat seperti Tele atau Pangururan, Gunung Pusuk Buhit ini terlihat sangat jelas. Tempat terbaik untuk mengamati Gunung Pusuk Buhit ini jelas berada di Menara Pandang Tele. Wisatawan bisa melakukan kegiatan wisata di gunung ini karena gunung ini memang populer sebagai tujuan pendakian.

Untuk anda yang Tidak berminat melakukan pendakian, bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata sejarah yang dipercaya berkaitan dengan asal muasal Suku Batak seperti Batu Sawan (Air terjun rasa jeruk purut dengan batu berbentuk cawan besar), Aek Sipitu Dai (pancuran dengan tujuh macam rasa air), Batu Hobon (Batu berdiameter 1 meter dan bagian bawahnya berongga), dan Sopo Guru Tatea Bulan (rumah kediaman Guru Tatea Bulan, anak Siraja Batak).

Gunung Pusuk Buhit ini merupakan gunung berapi aktif yang memang merupakan sisa-sisa letusan dari supervolcano Gunung Toba yang meletus dashyat puluhan ribu tahun yang lalu. Sisa keaktifan gunung ini masih bisa dilihat di jejak Aek Rengat, sumber mata air panas yang ada di kaki gunung Pusuk Buhit.

Dari Medan Sahabat TravelEsia menuju ke daerah Pangururan yang letaknya tepat di bawah kaki Gunung Pusuk Buhit. Dari Medan kita bisa menggunakan transportasi umum yaitu travel-travel yang berada di daerah Padang Bulan. Sahabat TravelEsia dapat menemukan berbagai Bus Antar Kota yang memiliki trayek Medan - Pangururan dengan ongkos sekitar Rp 65.000. Sahabat TravelEsia Perlu  ketahui bahwa Pulau Samosir itu bukanlah pulau sebenarnya. Jadi kita bisa menuju pulau samosir itu tidak hanya dengan menaiki kapal Feri (Melalu Danau Toba Parapat) tapi Sahabat TravelEsia bisa juga dengan melewati jalur darat yakni melewati daerah Tele.

Untuk mencapai puncak bukit tersebut, pengunjung bisa menggunakan bus roda empat maupun kenderaan roda dua. Namun bus yang dipergunakan tidak bisa sampai di puncak sehingga harus berjalan kaki berkisar 500 meter dari titik akhir parkir kenderaan yang berada di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Namun demikian sikap waspada harus tetap dipasang, karena memang jalan yang berkelok-kelok tersebut di kanan dan kirinya selalu ada jurang yang terjal. Selain itu sebelum menuju Pusuk Bukit, dari kawasan Pangururan pengunjung bisa menikmati secara utuh pemandangan bukit dengan latar depan air Danau Toba.

Sementara itu, satu paket dengan perjalan menuju ke puncak Pusuk Buhit pengunjung juga bisa menikmati apa yang disebut dengan sumur tujuh rasa. Disebut sumur tujuh rasa karena memang sumur ini memiliki tujuh pancuran yang memiliki rasa air yang berbeda-beda. Bagi masyarakat sekitar Sumur Tujuh Rasa tersebut sehari-harinya dipergunakan sebagai sumber utama air bersih. Sehingga tidak mengherankan kalau wisatawan datang, banyak masyarakat yang menggunakan air yang berada di sana.

Sumur Tujuh Rasa sebenarnya berada di Desa Sipitudai satu kecamatan dengan perbukitan Pusuk Buhit yaitu Sianjur Mula-Mula. Kalau kita mencoba untuk merasakan ketujuh air mancur yang ada, maka dari sumber air mancur itu akan kita rasakan air yang terasa: asin, tawar, asam, kesat serta rasa yang lainnya. Sementara berdasarkan keterangan masyarakat setempat, sumber air yang mancur itu keluar dari mata air yang berada di bawah Pohon Beringin. Memang di bawah lokasi Sumut Tujuh Tersebut tumbuh besar pohon beringin yang sangat rindang dan membuat teduh sekitar lokasi sumur.

Keberadaan Sumur Tujuh Rasa ini sebenarnya sudah lama seiring dengan keberadaan masyarakat perkampungan Sipitudai. Masyarakat sekitar mempercayai kalau keberadaan sumur ini tidak terlepas dari cerita raja Batak yang berada di lokasi tersebut. Kalau cerita muncur ke belakang, maka masyarakat menyebutkan bahwa dulu diperkampungan ini ada kerajaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mandi serta lainnya mereka mengandalkan sumber air ini.

Setelah bergerak menyusuri jalanan yang ada berkisar,maka wisatawan yang berkunjung akan menemukan satu lokasi yang keramat yang disebut lokasi Batu Hobon, Sopo Guru Tatean Bulan atau Rumah Guru Tatea Bulan serta perkampungan Siraja Batak yang lokasinya tidak berjauhan. Dan bila kita tarik garis lurus, maka posisi ketiga lokasi yang masih dianggap keramat ini persis lurus dari satu perbukitan ke perbukitan yang berada di bawahnya. Ketika berada di Sopo Guru Tatea Bulan akan ditemukan patung-patung Siraja Batak dengan keturunannya.

Di rumah dengan desain khas masyarakat batak ini juga akan ditemukan patung-patung sebagai penjaga rumah seperti gajah, macan, kuda. Sementara rumah yang berdiri di atas bukit ini didesain dari kayu dan tangga dari batu tetapi atapnya tetap terbuat dari ijuk. Namun yang lebih penting lagi adalah ketika ingin masuk dan memperhatikan lebih detail lagi seluk rumah ini, maka Anda harus melepaskan sandal maupun sepatu. Secara lebih detail di Sopo Guru Tatea Bulan akan kita temukan patung-patung keturunan Siraja Batak, seperti Patung 1.000 raja sepasang dengan istrinya, Patung keturunan Limbong Mulana, Patung Segala Raja serta Patung Silau Raja. 

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak marga-marga yang ada sekarang ini berasal dari keturunan Siraja Batak. Selain itu keberadaan rumah ini juga telah diresmikan oleh DewanPengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tate Bulan tahun 1995 yang lalu. Artinya ketika kita berada di sana akan ditemukan juga penjaga yang akan menjelaskan keberadaan patung yang berada di Sopo Guru Tatea Bulan serta sejarah ringkasnya.

Sejalan dengan legenda itu, pengunjung juga akan menikmati Batu Hobo yang konon menurut cerita merupakan lokasi yang dijadikan penyimpanan harta oleh Siraja Batak. Batu ini berada perbukitan yang lebih rendah lagi dari Sopo Guru Tatea Bulan berdekatan dengan perkampungan masyarakat. berdasarkan sejarah Batu Hobon ini tidak bisa dipecahkan, tetapi kalau dipukul seperti ada ruangan di bawahnya. Namun sampai sekarang tidak bisa dibuka walaupun dilakukan dengan peledakan mortir. Selanjutnya untuk melengkapkan referensi tentang sejarah Sopo Guru Tatea Bulan, maka akan ditemukan perkampungan Siraja Batak. Lokasi perkampungan ini berada di perbukitan yang berada di atasnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh sekali berkisar 500 meter.

Untuk kelengkapan perjalanan menuju Pusuk Buhit setidaknya harus berhenti sejenak di atas perbukitan yang berada di Desa Huta Ginjang. Mengapa? Karena dari lokasi ini akan terlihat jelas Pulau Tulas yang berdampingan dengan Pulau Samosir. Pulau Tulas itu sendiri tidak memiliki penghuni tetapi ditumbuhi dengan semak belukar dan hidup berbagai hewan liar lainnya.

Sudah lengkapkah perjalanan wisata kita! Tentulah belum, sebab untuk mengakhirinya kita harus berada di puncak Pusuk Buhit. Setidaknya untuk mendapatkan dan merasakan semilir angin sejuk di puncaknya sambil memandang panorama Danau Toba sesungguhnya. Sedangkan untuk menghilangkan keletihan dan mengambil semangat baru, pengunjung bisa menikmati air hangat setelah turun persis berada di kakai Pusuk Buhit bernama pemandian Aek Rangat yang berada di Desa Sihobung Hobungi. Setidaknya rasa lela dan semangat baru kembali datang.

Bagaimana Dengan Akomodasinya ?

Pusuk Buhit Berada Di Daerah Yang jauh Dari Pemukiman,Biasanya Wisatawan Yang Datang Hanya Sekedar Berkunjung Dan Melihat Keindahan Sejarah Dan Pesona Danau Toba Dari Puncak Pusuk Bukit.Setelah Menjelajahi Keindahan Pusuk Buhit,Biasanya Wisatawan Kembali Ke Wilayah Pangururan atau Ke Pulau Samosir Yang Memiliki Akomodasi Yang jauh Lebih lengkap

Kapan Sebaiknya Saya Kesana ?

Gunung Pusuk Buhit Memiliki Iklim bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900-1.600 mm/tahun dan suhu udara antara 27° - 30° C dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus hingga Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.

Musim hujan pada bulan september-desemver, sedangkan musim kemarau pada bulan januari - agustus dengan curah hujan tertinggi pada bulan November - Desember

Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi.Saat terbaik untuk mengunjungi Gunung Pusuk Buhit Ini Adalah januari - agustus

Know Before You Go

  • Sangat bijak bila Anda selalu menyediakan air untuk diminum dalam kemasan yang mudah dibawa.
  • Krim pelindung atau tabir surya hendaknya selalu dibawa dan dipakai sesuai kebutuhan karena di daerah ini udara sangat panas walau angin berhembus cukup menyegarkan.
  • Anda perlu juga membawa pelindung anti nyamuk.
  • b.Tidak ada ATM di sekitar Gunung Pusuk Buhit jadi siapkan uang tunai sebelum mengunjungi Gunung Pusuk Buhit ini. Sangat disarankan untuk menyimpan uang Anda di tempat yang aman, terutama saat berada di sekitar Terminal Brastagi Dan Terminal Kabanjahe.
  • c.Telekomunikasi terbatas untuk provider Seluler. Anda dapat mengisi pulsa di desa pangururan
  • Pendaki pemula dianjurkan lebih berhati-hati untuk keselamatan.
  • Kondisi Udara Yang Sangat Dingin Bisa Mencapai 16 Derejat Celcius.jadi anda disarankan bawalah tenda,sleaping bad dan sarung tangan yang tebal guna terhindar dari penyakit ketinggian.Kedinginan Udara di gunung ini bukan karena ketinggiannya,namun vegetasi hutan perawan dan ekosistem hutan yang tidak terjamah membuat kondisi cuaca disini menjadi begitu dingin 

Jadi Bagaimana Sahabat TravelEsia,Apakah Anda tertarik Untuk Menjelajahi Kembali Sejarah Si Raja Batak.jika anda mengunjungi sumatera utara jadikanlah Gunung Pusuk Buhit Danau Toba,Bukit Lawang,Tangkahan dan Gunung Sibuatan Sebagai Destinasi Wisata Anda.mari kita dukung indonesia sebagai destinasi wisata dunia

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg