Napak Tilas 10 Mata Uang Kerajaan di Nusantara, Ada Koin Emas dan Perak!

Mata Uang Kerajaan di Nusantara, Ada Koin Emas dan Perak!Hal ini disebabkan letak geografis negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa merupakan daerah yang selalu bisa ditanami karena terkena sinar matahari sepanjang tahun.

Terbentuknya ribuan pulau di Nusantara, menjadikan pulau ini kaya akan mineral.Tidak heran jika banyak terdapat pasar besar di setiap kerajaan di Nusantara ini karena kekayaan alamnya yang melimpah.Pasar di Nusantara selalu ramai dikunjungi oleh kerajaan lain.

Perdagangan di pasar nusantara terkenal tidak hanya di negara tetangga, tetapi juga ke luar negeri seperti Cina, India, Arab, dan benua Afrika.Karena sebagian besar perdagangan pada masa itu menggunakan metode barter, maka mata uang sebagai alat pembayaran yang sah belum banyak dikenal pada waktu itu.

Sejarah uang Indonesia dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno yaitu sekitar tahun 850 M yang menggunakan uang logam emas dan perak berbentuk kotak sebagai alat tukar.Berikut adalah daftar beberapa mata uang kerajaan-kerajaan di Nusantara.

1. Uang Syailendra

Sumber : Google

Uang Syailendra adalah mata uang Indonesia yang dicetak pada masa Kerajaan Mataram Syailendra di Jawa Tengah.Ini pertama kali dicetak sekitar tahun 850 M, dalam bentuk koin emas dan perak dengan berat yang sama dan beberapa denominasi.

Masa (Ma), beratnya 2,40 gram sama dengan 2 Atak atau 4 KupangAtak, berat 1,20 gram, sama dengan Masa atau 2 KupangKupang (Ku), dengan berat 0,60 gram, sama dengan Masa atau AtakAda lagi, Kupang, berat 0,30 gram, dan 1 Saga, berat 0,119 gram.

Koin emas Syailendra berukuran kecil seperti bujur sangkar, dengan mata uang satuan (Masa) terbesar berukuran 6 x 6/7 mm.Di bagian depan ada huruf Devanagari 'Ta'.Pada bagian belakang terdapat incuse (lekukan) yang terbagi menjadi dua bagian yang masing-masing memiliki semacam lingkaran.

Dalam bahasa numismatik, pola ini disebut 'Biji Wijen'.

2. Uang Krishnala

Sumber : Google


Mata uang ini dibuat pada masa Kerajaan Jenggala di Jawa Timur, yang memerintah antara tahun 1042 dan 1130.Dibuat dengan bahan dasar emas dan perak, koin emas berbentuk bulat pipih, sedangkan koin perak berbentuk bulat cembungNamun ketika mata uang China mulai masuk ke Indonesia, fungsi mata uang Krishnala sebagai alat pembayaran yang sah digantikan.

3. Uang 'Ma'

Sebagian besar dalam bentuk perkembangan dari dinasti sebelumnya, mata uang Jawa emas dan perak ditemukan kembali di situs kota Majapahit.Uang 'Ma' (singkatan dari Masa) sebenarnya ada pada masa dinasti Syailendra, yaitu dalam huruf Nagari atau Siddham, terkadang dalam huruf Jawa Kuno.

Selain uang Ma, ada juga uang satuan Tahil yang ditemukan kembali dalam bentuk koin emas dengan tulisan 'ta' dalam huruf Nagari.Kedua jenis mata uang tersebut memiliki bobot yang sama, yaitu antara 2,4-2,5 gram.

Selain itu, ada juga beberapa koin emas dan perak lainnya, ada yang berbentuk bulat, persegi, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, segitiga, dan ada juga yang hanya berupa potongan logam.

Saat itu bentuk uang tidak begitu penting, tetapi yang penting adalah adanya perangko yang menunjukkan bahwa benda tersebut dapat digunakan sebagai alat tukar.Cap atau 'tera' pada uang itu berupa gambar vas dan tiga batang tanaman atau kuncup bunga (mungkin teratai?) berbentuk lingkaran atau bujur sangkar.

Terkait dengan kronik Cina dari Dinasti Song (960-1279) dilaporkan bahwa di Jawa orang menggunakan keping emas dan perak sebagai mata uang.

4. Uang Gobog Wayang

Sumber : Google

Selain uang Ma, pada masa Kerajaan Majapahit juga dikenal uang yang disebut Gobog Wayang, pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Rafflers, dalam bukunya The History of Java.Bentuk koin ini bulat dengan lubang persegi di tengahnya karena pengaruh koin China atau koin sejenis lainnya yang berasal dari China atau Jepang.

Koin Wayang Gobog ini aslinya dibuat di Indonesia, namun tidak digunakan sebagai alat tukar, melainkan hanya sebagai koin token.Koin ini banyak digunakan untuk persembahan di kuil-kuil seperti di Cina atau Jepang sehingga disebut 'koin kuil'.

5. Uang Dirham

Sumber : Google

Uang Dirham adalah mata uang Kerajaan Samudra Pasai yang memerintah antara tahun 1297 dan 1326.Kerajaan Samudra Pasai atau Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Pada uang logam yang menggunakan emas tersebut tertulis nama Sultan dengan gelar Malik az-Zahir atau Malik at-Tahir.Ukuran uang Dirham ini sama dengan uang Kupang dan biasa disebut Mas, dengan berat standar 0,6 gram.Ada juga koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 kali Saga).Uang Mas Pasai berdiameter 10-11 mm, sedangkan Mas berdiameter 6 mm.Penggunaan nama Dirham menunjukkan kuatnya pengaruh para pedagang Arab dan budaya Islam di Kesultanan Pasai.

6. Uang Kampua

Sumber : Google

Uang 'Kampua' ini sangat unik, terbuat dari bahan kain tenun dan satu-satunya jenis 'uang kain tenun' yang pernah beredar di Indonesia yang berasal dari Kerajaan Buton, Sulawesi Tenggara.Saat itu, satu keping uang Kampua bernilai satu butir telur.Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertama kali diperkenalkan oleh Bulawambona, Ratu kedua Kerajaan Buton, dan memerintah sekitar abad ke-14 sebelum Kerajaan Buton menjadi Kesultanan.Setelah ratu meninggal, diadakan 'pasar' sebagai tanda jasanya kepada Kerajaan Buton, dengan orang berjualan di sekitar makam Ratu Bulawambona.

7. Uang Kasha Banten

Sumber : Google

Mata uang Kesultanan Banten pertama kali dibuat sekitar tahun 1550-1596 M.Bentuk uang logamnya mengambil pola uang logam Cina, yaitu dengan lubang di tengahnya, dengan ciri khas lubang enam persegi di tengahnya (heksagonal).

Prasasti depan dalam bahasa Jawa adalah 'Pangeran Ratu'.Setelah Islam berakar di Banten, prasasti tersebut diubah menjadi bahasa Arab, 'Pangeran Ratu Di Banten'.

Masih ada jenis mata uang yang dicetak oleh para Sultan Banten, baik dari tembaga maupun dari timah, seperti yang ditemukan beberapa tahun lalu.

8. Uang Jinggara

Sumber : Google

Kerajaan Gowa dan Buton yang terletak di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang yang disebut 'Jinggara', dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin yang memerintah pada tahun 1653-1669.Selain itu, ada juga mata uang yang terbuat dari campuran timah dan tembaga yang disebut 'kupa'.

9. Uang Picis

Sumber : Google

Sultan yang memerintah Kerajaan Cirebon pernah membagikan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang pria Tionghoa.Uang logam timah yang sangat tipis dan mudah pecah ini memiliki lubang persegi atau bundar di tengahnya, yang disebut Picis.Dibuat sekitar abad ke-17, di sekitar lubang koin Picis terdapat tulisan China atau tulisan latin yang bertuliskan 'Cheribon'.

10. Uang Real Batu

Sumber : Google

Mata uang yang dikeluarkan Kerajaan Sumenep di Madura berasal dari uang asing yang kemudian dicap dengan tulisan Arab 'Sumanap' sebagai tanda persetujuan.Uang Sumenep berasal dari mata uang Spanyol yang disebut 'Batu Asli' karena bentuknya yang tidak beraturan.

0 Comments