Suku-suku yang masih terisolir tersebut bukannya tidak diperhatikan oleh pemerintah, namun mereka sendiri yang menolak pengaruh dari luar. Mereka begitu gigih mempertahankan tradisi leluhur dari pengaruh modernisasi agar tidak tergerus perkembangan zaman.
Berikut telah disajikan tujuh suku pedalaman di Indonesia yang tak terjamah moderniasasi.
1. Suku Korowai (Papua)
(Instagram/@dimas_fe_brian) |
Baca Juga : Rumah Pohon Suku Korowai : Menapaki Sisi Lain Keindahan Alam Indonesia
2. Suku Anak Dalam (Jambi)
(Instagram/@taujambi) |
Disebutkan bahwa Suku Anak Dalam masih belum mengenal agama, mereka menyembah arwah dari leluhur yang telah meninggal.
3. Suku Mentawai (Sumatera Barat)
(Instagram/@goisok_kataik) |
4.Suku Samin (Blora-Pati-Bojonegoro)
(Instagram/@fubuki_aida) |
Suku Samin merupakan suku pedalaman yang hidup di sekitar Pegunungan Kendeng. Suku Samin tersebar di wilayah Blora, Pati, dan sebagian Bojonegoro. Penolakan Suku Samin terhadap modernisasi bermula dari sikap pendahulunya yakni Samin Surosinteko yang menentang kapitalisme dari Pemerintahan Hindia Belanda yang merugikan masyakat Suku Samin.
5.Suku Mante (Aceh)
(Tribunews.com) |
Tidak ada catatan pasti mengenai keberadaan Suku Mante di Indonesia. Bahkan Suku Mante dianggap sebagai sebuah legenda oleh masyarakat setempat. Suku Mante hidup jauh di pedalaman hutan Aceh dengan ciri fisik yang khas yaitu ukuran tubuhnya yang kecil sehingga disebut sebagai orang kerdil.
6.Suku Baduy (Banten)
(Instagram/@wisatasukubaduy) |
Suku Baduy atau juga dikenal Suku Kanekes merupakan masyarakat asli dari Banten. Meskipun bertempat tinggal tak jauh dari pusat perekonomian dan bisnis Indonesia, Suku Baduy lebih memilih untuk mengasingkan diri dan tidak menerima modernisasi maupun pengaruh lain dari luar. Masyarakat Suku Baduy hidup secara mandiri di sekitar Pegunungan Kendeng dengan menggantungkan hidup pada alam.
7. Suku Kajang (Sulawesi Selatan)
(Instagram/@ethnicvibes.id) |
Suku Kajang hidup di pedalaman Sulawesi Selatan, identik dengan pakaian serba hitam. Suku ini cukup ditakuti oleh masyarakat lokal karena dipercaya memiliki kekuatan magis yang dahsyat.
Baca Artikel : Tana Toa Kajang : Mengenal Sang Penjaga kelestarian Hutan Bulukumba
Meskipun demikian sebagian kelompok dari Suku Kajang sudah mulai membuka diri dengan perkembangan zaman.