BREAKING NEWS

Menu

Orangutan Tapanuli : Mengenal dan Menyelamatkan Mereka Dari Ambang Kepunahan


Orangutan Tapanuli : Mengenal dan Menyelamatkan Mereka Dari Ambang Kepunahan

Orangutan Tapanuli atau dalam bahasa latinya Pongo tapanuliensis The newest Orangutan spesies found. “Orangutan Tapanuli” ditemukan sejak sekitar akhir 1990-an oleh para ilmuwan. Kelompok kera besar di selatan Danau Toba ini memiliki karateristik dan cirikhas berbeda, dan hanya berada di daerah Batang Toru, Tapanuli, Sumatera Utara.

Sejak saat informasi mengenai “Orangutan Tapanuli” ini didengar, maka pola kehidupan orangutan di Batang Toru tersebut selalu dipantau dan diteliti oleh beberapa ilmuwan, baik dari dalam dan juga ilmuwan dari luar negeri.

Penelitian terbaru telah menemukan bahwa mereka secara genetik, morfologis dan ekologis berbeda dari orangutan di Ekosistem Leuser yang berada di utara Sumatera dan Aceh.

Menariknya, Orangutan Tapanuli yang ada di Batang Toru di pulau Sumatera justru bukan seperti orangutan Sumatera di Ekosistem Leuser di utara Sumatera dan Aceh, namun lebih justru terkait dekat dengan kerabat orangutan Borneo di Kalimantan!

Berawal dari kerjasama antara Universitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, University of Zurich Switzerland, Yayasan Ekosistim Lestari (Sumatran Otangutan Conservation Programme) dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (Orangutan Information Center) mengenai konservasi Orangutan Sumatera selama delapan tahun.

Tim peneliti di bidang genetika, berhasil mengungkapkan adanya keunikan dari populasi orangutan Sumatera yang berhabitat di Ekosistim Batang Toru (Nater et al. 2011; 2012; 2015).

Sumber Gambar : batangtoru.org

Spesies baru ini hanya ditemukan di Ekosistim Batang Toru, yang meliputi hutan dataran tinggi yang tersebar di tiga kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara, Indonesia.

Hidup di ketinggian habitat 900-1100 mdpl, orangutan Batang Toru mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang berbeda yang tidak pernah terlihat sebelumnya dalam diet kera besar ini.Selain itu, penggunaan alat, sejauh ini hanya ditemukan di populasi padat orangutan di hutan rawa dataran rendah, namun kali ini juga telah ditemukan terjadi di Batang Toru.

Mengenal Orangutan Tapanuli

Sumber Gambar : batangtoru.org

Keberadaan sekelompok orang utan di daerah ini pertama kali dilaporkan pada 1939. Namun orang utan Batang Toru belum ditemukan hingga 1997, dan kemudian dikonfirmasi pada 2003. Para peneliti mulai meneliti lebih lanjut untuk melihat apakah kelompok orang utan yang terisolasi ini benar-benar suatu spesies unik.

Atas dasar bukti genetik, para peneliti telah menyimpulkan bahwa mereka memang berbeda dari dua spesies orang utan yang sudah diketahui sebelumnya: Pongo abelii (orang utan Sumatra) dari utara lebih jauh di Sumatra, dan Pongo pygmaeus (orang utan Borneo) dari Borneo.

Orangutan Tapanuli atau Orang utan Batang Toru memiliki campuran ciri khas yang aneh. Pejantan dewasa memiliki bantalan pipi yang menyerupai orang utan Borneo, tapi perawakan mereka yang langsing lebih mirip dengan orang utan Sumatra.Warna rambut mereka lebih cokelat muda dibandingkan spesies Borneo, dan populasi Batang Toru juga membuat teriakan yang lebih panjang dibandingkan orang utan lainnya.

Memastikan

Untuk memastikan sepenuhnya, peneliti membutuhkan perbandingan yang lebih akurat mengenai dimensi tubuh mereka, atau “morfologi”. Baru pada 2013 kerangka pejantan dewasa tersedia, tapi sejak itu salah satu dari peneliti telah menghimpun sekitar 500 tengkorak dari dua spesies lainnya, dikumpulkan dari 21 institusi, demi mendapatkan perbandingan yang akurat.

Sumber Gambar : conservation.org


Analisis harus dilakukan pada tahap perkembangan yang sama pada tengkorak orang utan dewasa, karena mereka terus tumbuh bahkan setelah dewasa. Para peneliti menemukan 33 tengkorak pejantan liar yang cocok untuk perbandingan. Dari 39 karakteristik penilaian berbeda untuk tengkorak Batang Toru, 24 Diantaranya berada di luar rentang tipikal orang utan Sumatra Utara dan Borneo.

Secara keseluruhan, pejantan Batang Toru memiliki tengkorak lebih kecil, tapi taring yang lebih besar. Dengan menggabungkan sumber bukti genetik, vokal, dan morfologi, kami dengan percaya diri menyimpulkan bahwa populasi orang utan Batang Toru adalah spesies yang baru ditemukan—dan yang masa depannya sudah berada dalam ancaman.

Sebenarnya sudah diketahui sejak lama bahwa di hutan sebelah selatan danau Toba hidup Orang utan. Orang menganggapnya sebagai bagian dari jenis Orang utan Sumatra. Namun pemeriksaan genom, morfologi dan tingkah laku menunjukkan bahwa Orang utan Tapanuli lebih dekat hubungan spesiesnya dengan Orang utan Borneo daripada Orang utan Sumatra, yang hidup hanya beberapa ratus kilometer jaraknya.

Di jurnal Current Biology para ilmuwan atas hasil analisanya berpendapat bahwa Orang utan Tapanuli jauh lebih dekat hubungan keturunannya dengan Orang utan Borneo (Pongo pygmeus) daripada Orang utan Sumatra (Pongo abelii). Keturunan Orang utan Borneo dan Orang utan Sumatra berpisah saat 3,4 juta tahun yang lalu. Baru saat 670.000 tahun yang lalu Orang utan Tapanuli memisahkan diri dari Orang utan Borneo. Pada saat itu pulau Sumatra dan Kalimantan bersatu dan karena rendahnya permukaan laut tidak terpisah.

Menyelamatkan Orang Utan Tapanuli Dari Ambang Kepunahan

Sumber Gambar : kbr.id
Sebagian besar Orang Utan Tapanuli hidup di ketinggian di atas 850 mdpl (meter di atas permukaan laut). Menurut Koordinator Riset Camp Mayang Yayasan Ekosistem Lestari/Sumatran Orang Utan Conservation Programme (YEL/SOCP), Sheila Kharismadewi Silitonga, orang utan ini sangat jarang turun ke tanah. Biasanya mereka berlompatan dari satu batang pohon ke batang lainnya di ketinggian 10-30 meter. 

Sayangnya kini jumlah Orang Utan Tapanuli hanya sekitar 800 ekor dan hanya ada (endemik) di hutan Batang Toru. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), orang utan ini adalah jenis kera besar yang paling terancam punah di dunia, bahkan melebihi Gorilla Gunung di Afrika.  
Sumber Gambar : KemenLHK
Penemuan orang utan ketiga pada abad ke-21 memberikan kita sebuah pemahaman bahwa kera besar memiliki keberagaman lebih banyak daripada yang kita ketahui, membuatnya lebih penting lagi untuk melestarikan berbagai kelompok ini. 

Tanpa dukungan kuat dan partisipasi dari komunitas di sekitar habitatnya, masa depan orang utan Tapanuli akan menjadi tidak pasti. Pemerintah, peneliti, dan institusi konservasi harus membuat usaha kolaboratif yang kuat untuk memastikan bahwa orang utan ketiga ini bisa bertahan lama setelah ditemukan.

Fakta-fakta singkat tentang Pongo tapanuliensis dan tempat tinggalnya:

Orangutan Tapanuli Sumber Gambar : Kemenlhk

 

  • Tersisa kurang dari 800 individu;
  • Masih ditemukan hanya di Ekosistem Batang Toru di ketiga kabupaten Tapanuli;
  • Ekosistem Batang Toru seluas 150.000 hektar, namun wilayah yang didiami oleh orang Orangutan Tapanuli kurang dari 110.000 hektar (1.100 km2);
  • Sekitar 85% dari wilayah bersebaran status Hutan Lindung; 15% hutan primer masih status Areal Penggunaan Lain;
  • Sebagian besar sisa habitatnya berada di atas 850 m.
  • Populasi Orangutan Tapanuli terpecah ke dalam dua kawasan utama (blok barat dan timur) oleh lembah patahan Sumatera, dan juga ada populasi kecil di Cagar Alam Sibual-buali di sebelah tengara blok barat;
  • Penyambungan kembali ketiga populasi Orangutan Tapanuli akan sangat penting untuk pelestarian dan untuk menghindari kawin silang (inbreeding);
  • Orangutan Tapanuli sangat lambat berkembangbiak dan betina punya anak pertama di umur 15 tahun, dengan jarak antar melahirkan anak sekitar 8 atau 9 tahun. Mereka hidup sampai umur 50-60 tahun;
  • Dite

    Mengapa Orangutan Tapanuli dipisahkan dari jenis orangutan yang lain?

    Perbedaan genetika adalah alasan pertama untuk menjadikan Orangutan Tapanuli sebagai spesies tersendiri. Ternyata pemisahan genetika dari Orangutan Sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari Orangutan Kalimantan terjadi sekitar 670.000 tahun yang lalu.
    Adapun perbedaan fisik antara Orangutan Tapanuli dan kedua jenis yang lain:
    • Tengkorak dan tulang rahang Orangutan Tapanuli lebih halus daripada Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan;
    • Bulunya lebih tebal dan keriting;
    • Orangutan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang;
    • Mereka berbeda dengan fosil orangutan (berasal dari jaman Pleistosen akhir) berdasarkan ukuran gigi geraham;
    • Panggilan jarak jauh (long call) jantan dewasa Orangutan Tapanuli berbeda dengan panggilan dari kedua jenis orangutan lain;
    • Orangutan Tapanuli memakan jenis tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan, termasuk biji Aturmangan (Casuarinaceae), buah Sampinur Tali/Bunga (Podocarpaceae) dan Agatis (Araucariaceae).
    tapkan sebagai jenis baru berdasarkan penelitian genetika, morfologi dan perilaku yang unik;
  • Jenis kera besar yang terlangka dan terancam di dunia [lebih langka dibanding gorilla gunung di Afrika];
  • Orangutan Tapanuli akan dimasukkan ke dalam daftar spesies “sangat terancam punah” (Critically Endangered) berdasarkan daftar merah IUCN.

Pustaka:


Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg