BREAKING NEWS

Menu

Tari Fataele : Tarian Perang Hingga Tradisi Loncat Batu Suku Nias


Tari Fataele - Nias - Tarian Perang dan Budaya Hombo Batu Merupakan Adat-Istiadat Suku Nias Yang Sangat Terpopuler Di Mancanegara.Banyak Turis Dari Belahan Negara Datang Dan berkunjung untuk sekedar melihat Bahkan memperlajari keeksotisan Budaya Suku Nias Selatan Ini

Tari Fataele

atau tradisi Pulau Nias yang mungkin sudah menjadi identitas langsung Suku Nias adalah tradisi Hombo Batu atau yang lebih dikenal dengan Lompat Batu Nias. Identitas ini kemudian menjadi barang dagangan utama pariwisata Pulau Nias karena selain menawarkan keunikan dan ketangkasan, tradisi ini juga sudah berusia tua sehingga patut untuk dilestarikan. Di Nias Selatan tradisi Lompat Batu Nias selalu dipertunjukan bersamaan dengan Tari Fataele. Tari Fataele merupakan seni tari khas Nias Selatan.

Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu Nias, karena lahirnya bersamaan dengan tradisi Homo Batu. Dahulu kala Suku Nias sering berperang antarkampung. Biasanya pemicu perang adalah perebutan lahan atau bahkan merebut kampung orang lain.

Seperti halnya sistem kepemimpinan kampung yang dipimpin seorang kepala desa atau kepala suku, dahulu setiap kampung di Nias juga dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Si'ulu yang berarti bangsawan. Kemungkinan setiap kepala suku di setiap desa merupakan keturunan bangsawan. Uniknya seiring dengan perkembangan zaman, sistem kepemimpinan ini masih tetap ada di setiap kampung Teluk Dalam.

Akhirnya untuk mempertahankan kekuasaan dan kampungnya dari serangan penduduk kampung lain, setiap Si’ulu berinisiatif mengumpulkan pemuda desa untuk dilatih perperang. Jenis latihan yang diberikan oleh Si’ulu adalah dengan melatih kemampuan Lompat BatuHombo Batu para pemuda.

Jika mereka mampu menaklukkan batu setinggi 2 meter berbentuk prisma yang dibentuk dari tumpukan batu tersebut maka mereka dinggap mampu untuk membela dan mempertahankan kampung mereka.
Jadi secara tidak langsung tradisi Lompat Batu ini terlahir dari konflik perang yang terjadi antar kampung. Untuk merayakan kelulusan pemuda dari ujian tersebut, Si’ulu akan mengadakan pesta dengan memotong babi dan kemudian diikuti dengan pengumuman pada warga kampung mengenai pasukan Fataele yang sudah terbentuk

Mengapa Saya Harus Kesana ?

Gerakan Tari Fataele sangat dinamis, hentakan kaki yang diiringi oleh musik dan gerakan mengayunkan tombak dan pedang menggambarkan semangat dari para pejuang dalam mempertahankan kampung mereka dari serangan musuh. Tidak hanya itu saja, suara yang dikelurkan oleh para penari juga merupakan ekspresi ketangkasan dan kepahlawanan para kesatria.

Ketika dipertunjukkan prosesi tarian ini dipimpin seorang komando layakya prosesi dalam perang yang dipimpin oleh seorang panglima. Kemudian dia akan mengomando penari untuk membentuk formasi berjajar panjang yang terdiri dari empat jajar. Posisi komando berada di depan menghadap kearah penari. 

Tarian kemudian dimulai dengan gerakan kaki maju mudur sambil dihentakkan ke tanah dan menerikkan kata-kata pembangkit semangat. Makna gerakan ini adalah kesiapan pasukan untuk maju ke medan perang dengan penuh semangat kepahlawanan.

Kemudian diikuti dengan formasi melingkar yang bertujuan untuk mengepung musuh, setelah musuh terkepung para kesatria akan dengan mudah untuk melumpuhkan mereka.

Dalam menarikan tarian ini, penari mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam peperangan penari juga membawa Tameng, pedang dan tombak sebagai alat pertahanan dari serangan musuh.

Tameng yang digunakan terbuat dari kayu bebentuk seperti daun pisang berada di tangan kiri yang berfungsi untuk menangkis serangan musuh. 

Sedangkan pedang atau tombak berada di tangan kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh. Kedua senjata ini merupakan senjata utama yang digunakan kesatria nias untuk berperang.

Si’ulu ternyata membentuk pasukan Fatele tidak hanya untuk keperluan pertahanan kampung tapi juga untuk kegiatan adat seperti upacara kematian anggota keluarga Si’ulu maupun pesan adat seperti pengangkatan Si’ulu yang baru, pernikahan Si’ila dan juga penyambutan tamu kehormatan. Sampai saat ini fungsi dari pasukan Fatele masih tetap sama kecuali fungsi aslinya yaitu sebagai prajurit pertahanan kampung. Hal ini dikarenakan konflik perebutan lahan dan kampung sudah tidak ada.

Bagaimana Cara Saya Kesana ?

Akses Terdekat Menuju Pulau Nias Sudah Tentu Adalah Kota Sibolga.Ada dua pilihan transportasi umum menuju Nias, menggunakan jalur darat dan udara. Untuk jalur udara terdapat dua maskapai penerbangan menuju Nias, yaitu Merpati dan Wings Air. 

Keduanya berangkat dari Bandar Udara Polonia (Medan) menuju Gunungsitoli (Nias). Keduanya berangkat hampir pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar jam 7.00 pagi setiap harinya. Jadwal pulang kedua maskapai dari Gunungsitoli sekitar jam 8.20. 

Biaya penerbangan kedua maskapai berkisar Rp. 700.000,- untuk 1 kali penerbangan.Sementara Bila Anda Ingin Menggunakan Moda Transportasi Darat Terdapat Armada Angkutan Travel dan Bus Antar Kota Dalam Provinsi Yang Dilayani Oleh P.T Antar Lintas Sumatera , P.T Makmur Dan P.O Bintang Utara Setiap Harinya,Kemudian Di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang Berangkat Pada Pukul 21:00 Wib Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30

Transportasi yang murah meriah bisa menggunakan kapal laut atau ferry. Tapi sedikit memakan waktu karena membutuhkan 11 jam untuk menyebrang ke Pulau Nias dari Sibolga (Sumut). Jadwal ferry setiap hari jam 8.00 malam, kecuali hari minggu tidak ada kapal yang berlayar.

Harga tiket ekonomi Rp69.000,- sedangkan tiket cabin Rp103.000,-. Pembelian dan pemesanan tiket bisa di jalan Yos Sudarso kota GunungSitoli atau dipelabuhan Sibolga (Sumut).  Ada alternatif kapal setiap hari Senin, Rabu dan Jumat tujuan Sibolga (Sumut) – Teluk Dalam ( Nias Selatan).  Pembelian dan pemesanan tiket bisa melalui Pelabuhan sibolga. Harga Tiket ekonomi Rp80.000,-.

Jika Anda Dari Jakarta,Untuk mencapai Nias, ada kapal mingguan dari Jakarta ke Gunung Sitoli, ada feri dari Sibolga ke Gunung Sitoli, Teluk Dalam, atau Lahewa setiap hari Atau Bisa Juga Menumpangi Bus P.T Antar Lintas Sumatera Dari Lebak Bulus Menuju Sibolga Dan Kemudian Di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang Berangkat Pada Pukul 21:00 WIb Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30

Bagaimana Dengan Akomodasinya ?

Sebelum Bencana Gempa Dan Tsunami Di Aceh Dan Simeulue,Nias Merupakan Destinasi Wisata Terfavorit Di Sumatera Utara Setelah Danau Toba Bagi Turis Mancanegara yang ingin berselancar.Nias adalah bagian dari jejak Hippie terkenal tahun 1960-an, terutama bepergian dengan peselancar, yang menyebabkan ke Bali. 

Beberapa menyatakan bahwa gelombang di pantai selatan Sorake lebih baik daripada yang di Maui. Ini telah menjadi tempat beberapa kompetisi surfing internasional di masa lalu, terutama sebelum Bencana Gempa Dan Tsunami Di Aceh Dan Simeulue

Meskipun sejarah bertingkat surfing di Nias, internasional berselancar di Nias telah melambat terutama (tapi tidak secara khusus) karena gempa bumi baru-baru ini. Situasi perlahan-lahan berubah.

Kini Nias Sudah Berbenah Dan Siap Menggaungkan Kembali Masa Kejayaannya.Ada banyak penginapan di Nias Selatan Lagundi / Sorake, dengan range harga sekitar Rp.50.000 - hingga yang Paling mahal Rp. 650.000.Mulai Dari Fasilitas Seadanya Hingga Bungalow Berfasilitas Mewah Dapat Anda Temui Disana

Kapan Sebaiknya Saya Kesana ?

Untuk menikmati keindahan Pulau Nias Secara Umumnya Dapat Di Lakukan Sepanjang Tahun,namun Sebaiknya Dilakukan pada Bulan Januari-Agustus di Karenakan Untuk Kondisi Topografi Sumatera Utara Masuk Dalam Musim Kemarau sehingga kondisi Air laut Dan Cuaca Baik Dan Menuju Pulau Nias Dalam Keadaan yang bersahabat

Namun Untuk Menyasikan Tari Fataele sebaiknya pada Hari Sabtu Dan Minggu.

Karena banyak Wisatawan Yang Datang Dan Berkunjung Untuk Melihat Tari Fataele,sehingga para Penari dapat memperkenakan tari mereka secara sekaligus di karenakan ramainya pengunjung,

tentunya semakin banyak pengunjung semakin banyak pula pundi yang mereka kumpulkan untuk melestarikan adat istiadat Tari Fataele ini

Know Before You Go

  • Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrako yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. 
  • Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
  • Nias adalah tujuan berselancar terkenal secara internasional. Daerah berselancar paling dikenal adalah Sorake Bay, dekat kota Teluk Dalam, di ujung selatan.
  • Saat anda menunggu gelombang, peselancar sering bisa melihat kura-kura laut berenang di bawah Anda Seraya Mengikuti Anda Berselancar.
  • Untuk Lokasi Berselancar yang Sudah Di Akui Dunia Dan Di Buktikan Lokasi Ini Selalu Saja Di jadikan Tempat Kompetisi peselancar dunia adalah gelombang di Kepulauan Hinako dekatnya, Asu dan Bawa., tempat surfing berkualitas tinggi  menunggu wisatawan menjajal tingginya ombak disana.
  • Bagi wisatawan yang membawa anak balita, jangan lupa membawa peralatan untuk bermain pasir. Butiran pasir pantai yang halus menjadikan kulit terasa nyaman saat bersentuhan dengannya.

Jadi bagaimana Sahabat TravelEsia Apakah Anda Tertarik Untuk Melihat Keindahan Pulau Nias Secara Umum Dan Khusunya Tari Fataele,Jika Sumatera Utara Menjadi Destinasi Wisata Anda,Maka Berkunjunglah Ke pulau Nias,mari kita dukung indonesia menjadi destinasi wisata dunia

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg