BREAKING NEWS

Menu

Tiwah : Mengenal Ritual Besar Adat Dayak


Ritual Tiwah - NusaPedia - Ritual Tiwah - Sahabat NusaPedia Pada kesempatan ini,NusaPedia ingin membahas mengenai sebuah ritual adat yang terdapat di suku Dayak Kalimantan Tengah.Ritual Tiwah adalah upacara keagamaan suku dayak untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah dibuat. 

Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Ritual Tiwah ini sangatlah sakral bagi suku dayak. Pada acara ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah meninggal tersebut diantar dan diletakkan ke tempatnya, mereka melakukan banyak sekali ritual, tarian, suara gong dan masih banyak hiburan lainnya sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya.

Ritual Tiwah diyakini oleh masyarakat Dayak sebagai sarana meluruskan perjalanan arwah mereka yang sudah meninggal untuk masuk surga. Bagi masyarakat Dayak, surga dikenal dengan nama Lewu Tatau yang merupakan sebuah tempat yang penuh kedamaian bersama Yang Maha Kuasa. Namun selain itu, Ritual Tiwah juga ditujukan untuk membuang sial bagi keluarga yang ditinggalkan agar terhindar dari pengaruh buruk yang bisa saja datang kepada mereka.

Ritual Tiwah
Tiwah ini sendiri juga memiliki tujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga. Pasca Tiwah, secara adat mereka diperkenankan untuk menentukan pasangan hidup selanjutnya atau memilih untuk tidak menikah lagi. Tiwah juga dimaksudkan untuk melepas kesialan bagi keluarga almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh -pengaruh buruk.

Melaksanakan upacara tiwah bukan pekerjaan mudah. Diperlukan persiapan panjang dan cukup rumit serta pendanaan yang tidak sedikit. Selain itu, rangkaian prosesi tiwah ini sendiri memakan waktu hingga berhari-hari nonstop, bahkan bisa sampai satu bulan lebih lamanya.

Ritual Tiwah merupakan rukun kematian tingkat terakhir yang waktu pelaksanaannya tidak ditentukan. Bisa dilaksanakan kapan saja sesuai kesiapan keluarga yang ditinggalkan.Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga – dalam Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.

Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalteng juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.

Ritual Tiwah
Sebelum upacara tiwah dilaksanakan, terlebih dahulu digelar ritual lain yang dinamakan upacara tantulak. Menurut kepercayaan Agama Kaharingan, setelah kematian, orang yang meninggal dunia itu belum bisa langsung masuk ke dalam surga. Kemudian digelarlah upacara tantulak untuk mengantar arwah yang meninggal dunia tersebut menuju Bukit Malian, dan di sana menunggu diberangkatkan bertemu dengan Ranying Hattala Langit, Tuhan umat Kaharingan, sampai keluarga yang masih hidup menggelar upacara tiwah.

“Bisa juga dikatakan Bukit Malian itu adalah alam rahim, tempat suci manusia tinggal sebelum lahir ke dunia. Di alam itulah orang yang meninggal dunia menunggu sebelum diberangkatkan menuju surga melalui upacara tiwah,” terang pemuka Agama Kaharingan dari Kota Palangka Raya ini.

Ritual Tiwah
Puncak acara tiwah ini sendiri nantinya memasukkan tulang-belulang yang digali dari kubur dan sudah disucikan melalui ritual khusus ke dalam sandung. Namun, sebelumnya lebih dahulu digelar acara penombakan hewan-hewan kurban, kerbau, sapi, dan babi.

Keyakinan atas Ritual Tiwah ini sangat melekat pada setiap orang Dayak di Kalimantan Tengah. Salah satunya mereka sangat meyakini bahwa orang yang sudah meninggal tidak akan bisa masuk surga jika orang yang ditinggalkan belumlah melaksanakan Ritual Tiwah untuknya. Inilah yang menjadikan orang yang masih hidup tidak bisa lepas dari mereka yang sudah mati dalam hal tanggung jawab dan penghormatan. Rasa penghormatan terhadap mereka yang sudah meninggal pun sangat nampak terlihat ketika pemindahan tulang- tulang ke Sandung. Dimana tulang- tulang tersebut harus diangkat dan tidak boleh menyentuh tanah.

Namun terlepas dari keyakinan apapun yang diyakini oleh masyarakatnya, keyakinan itulah yang membentuk dan mempertahankan Indonesia sampai saat ini. Perbedaan yang ada dimasyarakatlah yang menjadikan Indonesia kuat karena perbedaan yang ada bukanlah dijadikan penghalang untuk bersatu melainkan sarana untuk bersatu. 

Termasuk diantaranya perbedaan keyakinan dan aliran kepercayaan. Karena walaupun Ritual Tiwah tidak mengikuti aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, agama Kaharingan di Kalimantan Tengah ini adalah warisan nenek moyang yang haruslah dijaga karena merupakan bagian dari Indonesia. Apapun keyakinannya, ini Nusantara kita yang harus kita jaga.

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg